FENOMENOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN STUDI ISLAM
Espitemologi burhani adalah metode kerangka berpikir yang tidak didasarkan atas teks suci maupun pengalaman spiritual melainkan berdasarkan keruntutan logika. Jadi metode burhani ini adalah metode logika yang digunakan untuk menarik kesimpulan. Sehingga menghasilkan kesimpulan, berupa pengetahuan atau informasi baru yang sebelumnya belum diketahui. Namun, karena metode burhani tidak hanya menggunakan rasio objek-objek eksternal, maka ia harus melalui tahapan-tahapan sebelum dilakukan silogisme.
Tahapannya ialah :
Pertama,tahap pengertian, tahap ini adalah tahap proses abstraksi atas objekobjek eksternal yang masuk ke dalam pikiran.
Kedua, tahap penyataan (ibarat). Tahap ini adalah proses pembentukan kalimat atau proporsi atas pengertian-pengertian yang ada dan harus membuat subjek (maudu‟) dan predikat (mahmul) serta adanya relasi dari keduanya.
Ketiga, tahap penalaran. Pada tahap ini proses pengambilan keputusan berdasarkan hubungan diantara premis-premis yang ada, disinilah terjadi silogisme.
Pokok-pokok yang harus ada :
1) Al-muqaddimah al-kubra (premis mayor)
2) Al-muqaddimah ash-shughra (premis minor)
3) Al had al wasath (kata yang berulang)
4) An- natijah (kesimpulan)
Contoh: Semua makhluk yang bernyawa akan mati (premis mayor)
Badu makhluk yang bernyawa (premis minor)
Dia akan mati (kesimpulan)
Fenomenologi Sebagai Sebuah Pemaknaan Rasional
Secara harfiah istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani pahainomenon yang memiliki arti gejala atau apa yang menampakkan diri pada kesadaran kita. Dalam hal ini fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filsafat yang berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran manusia. Metode ini dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1938). Dengan demikian secara operasional, fenomenologi agama menerapkan metodologi „ilmiah‟ dalam meneliti fakta religius yang bersifat subyektif seperti pikiran, perasaan, ide, emosi, maksud, pengalaman, dan apa saja dari seseorang yang diungkapkan dalam tindakan luar (fenomena). Oleh sebab itu, perlu kiranya dalam operasionalnya pendekatan fenomenologi membutuhkan perangkat lain, seperti sejarah, filologi, arkeologi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya. (bagus, 2005)
Integralisasi Metode Burhani dan Fenomenologi
Para pemikir muslim, menggunakan tiga macam metode sesuai dengan tingkatnya yaitu, metode observasi (bayani), sebagaimana yang digunakan di Barat, metode logis atau demonstratif (burhani), clan metode intuitif (irfani), yang masing-masing bersumber pada indera, akal, clan hati (Kartanegara, 2002: 62). Dalam epistemologi banyak aliran-aliran yang membicarakan proses pencarian kebenaran ilmu pengetahuan, misalnya, rasionalisme, empirisme, kritisisme, fenomenologi, positivisme, pragmatisme, dan lainya. Masingmasing aliran mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sesuai dengan perbedaan sifat dasar dari objeknya.
Untuk memperoleh hakikat kebenaran pengetahuan dalam ilmu-ilmu agama islam, yaitu ideologi, fiqh, dan tasawuf memiliki titik temu atau perjumpaan metode. Teologi yang menggunakan metode burhani bertemu pada aliran rasionalisme, fiiqh yang menggunakan metode bayani berjumpa dengan aliran empirisme, tasawuf yang menggunakan kekuatan clan kebersihan hati beriring dengan aliran fenomenologi. Intinya baik Burhani ataupun fenomenologi adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari kebenaran pengetahuan dalam ilmu-ilmu islam, hanya saja pandangan yang digunakan dalam penarikan kesimpulan berbeda.
Komentar
Posting Komentar